MAKALAH BIOSTAT
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam statistic kita selalu
membicarakan populasi maupun sampel. Populasi adalah keseluruhan dari unit di
dalam pengamatan yang akan kita lakukan, sedangkan sampel adalah sebagian dari
populasi yang nilai / karakteristiknya kita ukur dan yang nantinya kita pakai
untuk menduga karakteristik dari populasi.
Contoh : Kita ingin mengetahui kadar
hemoglobin (Hb) ibu hamil di Kabupaten Tangerang. Populasi kita adalah
keseluruhan ibu hamil yang ada di Kabupaten Tangerang. Kita tidak mungkin
mengukur Hb seluruh ibu hamil tersebut. Untuk itu kita ambil saja sebagian dari
ibu hamil (sampel) yang mewakili keseluruhan (populasi) ibu hamil di Kabupaten
Tangerang. Kadar Hb ibu hamil yang menjadi sampel tersebut kita ukur. Hasilnya
nanti dapat kita pakai untuk menduga nilai Hb ibu hamil di Kabupaten Tangerang.
Dalam pengertian lain, Populasi
(universe) adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diduga.
Anggota (unit) populasi disebut elemen populasi. Sebagai contoh, individu
penderita penyakit TBC, virus HIV, hasil produksi sawah, dan polutan di suatu
industri.
Di dalam suatu penelitian mungkin
hanya terdapat satu macam unit analisis, tetapi dapat juga lebih. Populasi
dapat dibagi lagi menjadi populasi sampling dan populasi sasaran / target.
Sampel adalah sebagian populasi yang
cirri-cirinya diselidiki atau diukur. Unit sampel dapat sama dengan unit
populasi, tetapi dapat juga berbeda. Sebagaicontoh, unit analisis atau populasi
suatu penelitian adalah bayi yang berumur di bawah tiga tahun, hal yang akan
diteliti adalah kebiasaan makannya, unit sampelnya adalah ibu yang mempunyai
anak berumur di bawah tiga tahun karena tidak mungkin pertanyaan tentang
makanan bayi dapat ditanyakan langsung kepada bayi tersebut.
Di dalam suatu penelitian sering
kali dilakukan pengambilan sampel. Hal ini tidak hanya disebabkan biaya
penelitian yang besar, tetapi juga karena penelitian populasi mungkin akan
memakan waktu penelitian yang panjang dan menimbulkan kesalahan yang besar
dalam pengukuran (bias).
Alasan penarikan sampel diantaranya
:
1. Adanya
populasi yang sangat besar (infinite population), di dalam populasi yang sangat
besar dan tidak terbatas tidak mungkin seluruh populasi diperiksa atau diukur
karena akan memerlukan waktu yang lama.
2. Homogenitas,
tidak perlu semua unit populasi yang homogeny diperiksa karena akan membuang
waktu serta tidak aka ada gunanya karena variabel yang akan diteliti telah terwakili
oleh sebagian populasi tersebut.
3. Penarikan
sampel menghemat biaya dan waktu.
4. Ketelitian
/ ketepatan pengukuran, meneliti yang sedikit (sampel) tentu akan lebih teliti
jika dibandingkan dengan meneliti jumlah yang banyak (populasi).
5. Adanya
penelitian yang untuk melakukannya objek penelitian tersebut harus di hancurkan
(destruktif), misalnya darah yang sudah diambil dari orang yang menjadi objek
penelitian tidak mungkin akan dipakai lagi.
Berdasarkan
alasan-alasan di atas, maka penarikan sampel dalm suatu penelitian harus dapat
menggambarkan populasinya atau dengan kata lain karakter yang akan kita ukur di
dalam sampel sama dengan karakter populasi.
Sampel
yang ideal adalah yang memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Dapat
menghasilkan gambaran karakter populasi yang tepat.
2. Dapat
menentukan presisi (ketepatan) hasil penelitian dengan menentukan simpangan
baku dari taksiran yang diperoleh.
3. Sederhana,
mudah dilaksanakan.
4. Dapat
memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah mungkin.
Kalau
syarat-syarat di atas tidak dapat dipenuhi, kesimpulan yang digeneralisasikan
untuk populasi akan menjadi bias (bias conculsion). Kerangka sampel adalah
daftar semua unsur sampel dalam populasi, misalnya jumlah penduduk di suatu
daerah kerja puskesmas, jumlah penderita AIDS di suatu daerah, daftar / buku
telepon, atau peta suatu wilayah. Daftar sampel ini harus up to date. Di Negara sedang berkembang, hasil sensus pun
kadang-kadang tidak dapat digunakan sehingga kalau ada penelitian, peneliti
membuat kerangka sampel sendiri agar pada saat penelitian tidak mendapat
kesulitan.
BAB II
PENGERTIAN
Penarikan sampel dibagi menjadi dua,
yaitu pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dan pengambilan
sampel secara tidak acak (non probability sampling).
Di dalam penarikan sampel secara
acak, semua unsure yang ada di populasi mempunyai peluang sama untuk terambil
sebagai sampel mewakili populasinya. Agar sampel dapat mewakili populasi,
sampel tersebut harus diambil secara acak (random). Sampel acak ini terdiri
dari acak sederhana (simple random samping = SRS), sistematis (systematic
random sampling), sampel strata (stratified random sampling), klaster (cluster
sampling), dan bertingkat / bertahap (multistage sampling).
Sementara itu, di dalam pengambilan
sampel secara tidak acak, tidak semua unsur di dalam populasi mempunyai peluang
yang sama untuk tertarik sebagai sampel. Terdapat banyak cara pengambilan
sampel secara tidak acak, tetapi yang akan dijelaskan di sini hanya purposive
sampling, incidental sampling, dan quota sampling.
Penarikan sampel secara acak
(Probability Sampling) :
A. Acak
Sederhana (Simpel Random Sampling = SRS)
Cara ini dapat dilaksanakan apabila populasi tidak
begitu banyak variasinya dan secara geografis tidak terlalu menyebar, di
samping itu harus ada daftar populasi (sampling frame). Caranya adalah :
1) Dengan
melakukan undian
2) Memakai
tabel bilangan random
3) Memakai
paket computer (Kalau sudah mempunyai kerangka sampel).
B. Sistematis
(Systematic Random Sampling)
Sampel yang diambil secara acak hanya unsure
pertama, selanjutnya diambil secara sistematik sesuai langkah yang sudah
ditetapkan. Syarat penarikan sampel secara sistematis ini adalah tersedianya
kerangka sampling, populasinya mempunyai pola beraturan seperti blok-blok
rumah, nomor urut pasien, dan populasi sedikit homogen. Dari 500 orang jumlah pasien yang dirawat di suatu
rumah sakit akan diaambil 25 orang untuk penelitian tentang kepuasan pelayanan
di rumah sakit tersebut. Cara pengambilan sampel akan dilakukan secara
sistematis, di mana probabilitas untuk terambil sebagai sampel adalah 25 / 500
= 1 / 20. Untuk mengambil unsur 1 dilakukan secara acak sederhana dari nomor
pertama sampai dua puluh. Misalnya, sudah tertarik nomor 15, untuk selanjutnya
diambil setiap jarak 20 satu sampel. Dalam hal ini akan diambil nomor 35, 55,
75, … dan seterusnya sampai didapatkan 25 orang pasien.
C. Sampel
Strata (stratified Random Sampling)
Di dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya populasi
bersifat heterogen. Oleh karena itu, agar semua sifat dapat terwakili, terlebih
dahulu populasi tersebut dibagi menjadi beberapa strata, misalnya pendidikan
(tinggi, sedang, kurang), ekonomi (kaya, sedang, miskin). Di dalam melakukan
stratifikasi dan pengambilan sampel perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1) Unsur
populasi di dalam strata tersebut diusahakan sehomogen mungkin.
2) Antarstrata
diusahakan seheterogen mungkin.
3) Sampel
diambil proporsional menurut besarnya unit yang ada di dalam masing-masing
strata dan antarstrata.
4) Di
dalam masing-masing strata unit sampel diambil secara acak.
Kelebihan penarikan sampel secara strata ini adalah
semua cirri heterogen di dalam populasi dapat terwakili dan memungkinkan
mencari hubungan antarstrata atau membandingkannya.
D. Klaster
(Cluster Sampling)
Di dalam praktik kadang-kadang kerangka sampel juga
sulit diperoleh sehingga seharusnya peneliti membuatnya sebelum turun
mengumpulkan data. Hal ini mungkin mudah dikerjakan, tetapi sering kali sulit /
tidak mungkin dilakukan, atau kalau dilakukan akan membutuhkan waktu serta
biaya yang cukup banyak.
Populasi dibagi ke dalam gugus / kelas yang
diasumsikan di dalam setiap kelas / gugus sudah terdapat semua sifat / variasi
yang akan diteliti. Selanjutnya kelas yang akan diacak dan unit sampel akan
diambil dari kelas yang sudah tertarik. Syarat-syarat untuk pengambilan sampel
ini adalah :
1) Di
dalam kelas sehomogen mungkin,
2) Antarkelas
seheterogen mungkin,
3) Disebut
juga area sampling.
E. Sampel
Bertingkat / Bertahap (Multistage Sampling)
Pengambilan sampel bertingkat dilakukan kalau secara
geografis populasi sangat menyebar dan meliputi area yang sangat luas.
Misalnya, kita akan meneliti puskesmas di Indonesia yang terdiri dari 27
provinsi. Tahap pertama diacak dulu 5 provinsi (tahap I) dari 27 provinsi itu,
selanjutnya di masing-masing provinsi diacak lagi kabupaten mana yang akan
ditarik sebagai sampel (tahap II). Setelah Kabupaten ditarik, tahap III diacak
lagi puskesmas mana yang akan menjadi sampel dari penelitian itu.
Penarikan
sampel secara tidak acak (Non Probability Sampling) :
A. Purposive
Sampling
Sampel ditentukan oleh orang yang telah mengenal betul
populasi yang akan diteliti (seseorang ahli di bidang yang akan diteliti).
Dengan demikian, sampel tersebut mungkin representative untuk populasi yang
sedang diteliti.
B. Insidental
Sampling
Sampel tersebut tidak terencana dan
penggambaran hasil dari pengumpulan data tersebut didasarkan pada suatu metode
yang baku. Misalnya, terjadi suatu keadaan luar biasa, data yang sudah
terkumpul disajikan secara deskriptif dan hasil tersebut tidak dapat
digeneralisasi.
C. Quota
Sampling
Sampel yang akan diambil ditentukan oleh
pengumpul data dan sebelumnya telah ditentukan jumlah yang akan diambil. Kalau
jumlah tersebut sudah dicapai, si pengumpul data berhenti, selanjutnya hasil
itu dipresentasikan.
Misalnya, seorang wartawan ingin
mengetahui apakah masyarakat menyukai dwifungsi ABRI. Sebelum mengumpulkan data
ditentukan bahwa dia akan mewawancarai sebanyak 2.000 orang yang sedang lewat
di depan suatu pertokoan swalayan. Kepada setiap orang yang lewat ditanyakan
apakah orang itu setuju atau tidak dengan dwifungsi ABRI. Orang yang ditanya
mungkin hanya menjawab setuju atau tidak setuju. Wartawan tersebut akan
berhenti setelah dia menanyai sebanyak 2.000 orang dan akan menulis hasil
temuannya.
BAB III
KRITERIA
Kriteria Design Sampling yang baik,
diantaranya :
1. Sampel
yang diperoleh harus betul-betul mewakili karakteristik dari populasi yang
sedang diteliti.
2. Prosedur
sampling harus sederhana dan praktis sehingga mudah dilaksanakan di lapangan.
3. Efisien
dan ekonomis serta dapat memberikan informasi selengkap-lengkapnya dengan biaya
yang murah.
4. Jumlah
sampel yang ada harus adekuat sehingga dapat dipakai untuk keperluan
generalisasi parameter populasi.
0 Response to "MAKALAH BIOSTAT"
Post a Comment