MAKALAH KOMUNIKASI KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi
(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya,
komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Komunikasi
atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti
'sama'. Communico, communicatio atau communicare yang
berarti membuat sama (make to common). Secara sederhana komuniikasi
dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang
menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk
dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our ability
to understand one another).
Pada awalnya,
komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal
kimiawi pada organisme
awal digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka
sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut
berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti
tarian kawin pada ikan.
Manusia
berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman.
Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan,
dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif,
komunikasi transaktif, komunikasi bertujuan, atau komunikasi tak bertujuan.
Melalui
komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami
oleh pihak lain.Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang
disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Walaupun
komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini
menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi
digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan
peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio. Televisi, telepon,
satelit dan jaringan komuter seiring dengan industrialisasi bidang usaha yang
besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah
memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi
masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan
tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu
sendiri.
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar
komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:
- Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
- Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
- Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
- Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
- Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
- Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol").
Secara
ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.
- Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
- Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
Media
(channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.
- Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
- Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.
1.2 Rumusan Masalah
1. Terangkan
tentang komunikasi dan Humas ?
2. Terangkan
tentang komunikasi dan jurnalistik ?
3. Terangkan
tentang komunikasi dan Organisasi ?
4. Terangkan
tentang komunikasi dan pendidikan ?
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam
pembahasan tentang komunikasi pada makalah ini , Manusia
berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman.
Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan,
dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif,
komunikasi transaktif, komunikasi bertujuan, atau komunikasi tak bertujuan.
Melalui
komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami
oleh pihak lain.Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang
disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
1.4 Metode Penulisan
Dalam memperoleh data atau
informasi yang akan digunakan untuk penulisan makalah ini, penulis menggunakan
metode studi kepustakaan yakni dilakukan dengan mengambil referensi dari
buku-buku dan internet yang relevan dengan topik penulisan makalah ini sebagai
dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang digunakan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
KOMUNIKASI DAN HUMAS
a. Pengertian dan Ruang
Lingkup Publik Humas
Pengenalan khalayak, audience atau publik
dari pengertian public (dalam bahasa Inggris) lebih relevan untuk memahami
struktur publik karena relevan dengan konteks public relations (humas).
Pengenalan bentuk publik lebih dipahami pula
dalam konteks sasaran organisasi tertentu baik komersial dan nonkomersial dalam
hubungan dengan publiknya: publik internal dan publik eksternal.
Pemahaman struktur publik yang lebih
menyeluruh adalah dari segi manajemen humas yang mengelola hubungan organisasi
dan publik internal maupun publik eksternal, yang meliputi enam unsur.
Pakar humas, Frank Jefkins mengemukakan ada
delapan publik utama dari kelompok orang yang berkomunikasi dengan suatu
organisasi baik secara internal maupun eksternal. Dikemukakan pula mengapa
suatu organisasi harus mengenali publik organisasinya dengan memahami empat
alasan penting. Alasan ini membawa konsekuensi dan membebani pelaksana humas
bila tidak mengantisipasi ciri publik itu. Peranan opini (sikap publiknya)
diutamakan dalam memperoleh dukungan publik tertentu mengenai citra organisasi.
Di pihak lain pengenalan publik erat
hubungannya dengan perumusan penelitian proses perencanaan humas suatu
organisasi yang meliputi 6 P: people, process, practise, product, plant, dan
publication. Bentuk publik dikenal juga melalui penggolongan (klasifikasi)
hubungan antara komunikasi dan komunikator antara lain publik sosial, publik
fungsional, serta target publik yang dikenal dengan stakeholders dalam lima
klasifikasinya.
b. Unsur-unsur Media Komunikasi Humas
Unsur-unsur media komunikasi atau media yang
digunakan humas, dipahami dalam konteks pemilihan media yang sesuai dengan
ciri-ciri dan sifat publik yang dikelola hubungannya oleh suatu organisasi.
Jelasnya media komunikasi yang digunakan adalah yang sesuai dengan ciri publik
internal dan publik eksternal dari suatu organisasi. Publik internal adalah
karyawan, pemegang saham, dan hubungan industrial; sedangkan publik eksternal
adalah komunitas sekitar organisasi, konsumen, pemerintahan, media pers.
Baik hubungan secara manusiawi (human
relations) maupun dalam keadaan krisis organisasi, termasuk pula media yang
digunakan humas meliputi tiga komponen, yaitu manajemen organisasi, publik, dan
humas. Sebagai unsur pendukung perlengkapan teknis, yang digunakan adalah
buletin internal, papan pengumuman, kunjungan berkala, dan tatap muka. Tidak
kurang pentingnya hubungan karyawan (employee relations) di tempat bekerja
sehari-hari.
Demikian pula media hubungan dengan pemegang
saham untuk menanamkan rasa memiliki perusahaan dan saling menguntungkan dengan
pihak manajemen, khususnya manajemen keuangan dan investasi melalui wawancara
atau kuesioner, pos atau forum-forum rapat. Media dalam hubungan industrial
juga menggunakan forum-forum konsultasi di dalam atau antara bipartit dan
tripartit ataupun antara SPSI dan apindo. Demikian pula media-media yang
digunakan dalam hubungan publik eksternal yang terdiri dari para pelanggan
komunitas tertentu, instansi pemerintah, pers. Hubungan media pers sangat
berperan dengan menggunakan unsur-unsur media cetak atau elektronik yang
ditunjang oleh kemitraan yang terpadu antara praktisi humas dan wartawan dengan
saling menghormati profesi masing-masing.
c. Penggerakan dan Pengarahan Kegiatan Humas
Fungsi manajemen humas adalah mengelola
hubungan organisasi dan publik, mewujudkan saling pengertian bersama untuk
mencapai tujuan organisasi/perusahaan secara efisien dan efektif. Dengan kata
lain menyampaikan informasi yang objektif mengenai kebijakan pimpinan agar
publik dapat memahami organisasi/perusahaan yang diwakilinya, sekaligus menilai
opini/sikap publik terhadap organisasi/perusahaannya.
Fungsi manajemen pengembangan pelaksanaan
menggerakkan (actuating) Humas terutama terlibat dalam proses penetapan sasaran
dan tujuan organisasi, pembagian pekerjaan organisasinya, dan motivasi,
kepemimpinan, koordinasi serta komunikasi. Proses menggerakkan humas tersebut
berlandaskan delapan tugas manajemen humas secara fungsional dan operasional
serta meliputi tiga bidang peranan manajer dengan enam langkah
pengorganisasiannya.
Peranan motivasi ditentukan oleh sejauh mana
humas memahami sikap dan perilaku organisasi dan publik mewujudkan
kredibilitas, citra, serta sasaran organisasinya secara efisien dan efektif. Di
pihak lain ditentukan pula oleh dorongan motivasi penilaian orang luar (publik)
terhadap organisasi dan budaya perusahaannya (corporate culture). Pengarahan
motivasi sangat dipengaruhi oleh penerapan empat macam pendekatan filsafat
manajemen humas.
Sedangkan pengarahan operasionalnya meliputi
empat tindakan yang membantu manajemen menggerakkan humas. Pengarahan motivasi
dan operasional tersebut berdasarkan pola umum dengan tiga model motivasi:
tradisional, hubungan manusiawi, dan sumber daya manusia. Manajemen humas dapat
mengalami masalah hubungan yang tidak efektif antara lain disebabkan oleh
masalah komunikasi organisasi. Masalah ini dipengaruhi oleh empat faktor
saluran/struktur organisasi formal dan oleh empat macam jaringan aliran
komunikasi. Oleh karena itu perlu dipahami strategi komunikasi organisasi:
komunikasi vertikal, lateral dan diagonal dengan prosedur hubungan dan
tindakannya masing-masing.
Ditemukan juga tiga hambatan organisasional
dan hambatan antarpribadi. Untuk mengatasi hambatan tersebut diarahkan strategi
dan teknik-teknik tertentu meningkatkan efektivitas komunikasi. Salah satu
teknik adalah menerapkan sepuluh prinsip humas yang baik, sebagaimana rumusan Asosiasi
Manajemen Amerika.
Komunikasi adalah kunci koordinasi yang
efektif, oleh karena itu perlu dipahami empat masalah pencapaian komunikasi
yang efektif. Upaya pencapaian ini merupakan tugas pemrosesan informasi dengan
tiga cara pendekatannya. Pengarahan secara strategis dalam menggerakkan humas
tergantung juga kepada faktor kepemimpinan dalam organisasi di samping pengaruh
melalui motivasi, komunikasi organisasi, dan koordinasi. Ada tiga pendekatan
kepemimpinan yang perlu dipahami. Antara lain adalah yang dikenal dengan teori
X dan Y oleh Mc Gregor dan kisi-kisi manajerial oleh Blake dan Mouton.
d. PersyaratanTenaga Humas
Perencanaan mutu dan kemampuan tenaga humas
secara mendasar, mengacu pada tanggung jawab ilmiah dan ilmu-ilmu sosial yang
melandasi pengetahuan humas, dan pada persyaratan tugas dan tanggung jawab
manajerial humas dalam mengadakan rekayasa sosial budaya mencapai dukungan
publik. Dengan kata lain persyaratan dasar selaku manajer organisasi, berlaku
bagi tenaga humas di samping penguasaan teknis bidang ilmu komunikasi dan
praktek Humas. Fungsi manajerial tenaga humas dapat digambarkan oleh struktur
jabatan manajemen pada tiap-tiap organisasi yang berbeda-beda satu dengan yang
lain, seperti beberapa contoh pada organisasi perusahaan, dan sebuah
universitas.
Pakar Humas Frank Jefkins mensyaratkan empat
macam tugas pokok tanggung jawab manajemen seorang manajer humas. Persyaratan
tenaga humas berkaitan pula dengan profesi humas. Profesi Humas sebagai
pemahaman etika dan etiket yang berhubungan dengan penampilan dalam rangka
menciptakan dan membina citra organisasi yang diwakilinya dan selayaknya
dipertanggungjawabkan kepada umum melalui kode etik tertentu. Termasuk
etiket-etiket formalitas protokoler dan protokol diplomatik yang berlaku secara
internasional. Persyaratan tenaga humas dilandaskan pula kepada rumusan
prinsip-prinsip Humas yang terdiri dari sepuluh pokok (Doug Newsom dan Alan
Scott).
Praktisi humas secara mikro ditentukan oleh
kualifikasi kemampuan “generalist” dan lebih ideal lagi jika memiliki kemampuan
ahli komunikasi plus. Tetapi kualifikasi yang mendekati standar bagi praktisi
humas adalah seorang generalist dari disiplin yang berbeda, seperti ahli hukum,
ahli teknik, dan sebagainya.
Selanjutnya terdapat kira-kira 12 syarat kemampuan
bagi praktisi humas sebagaimana yang dikemukakan Charles W. Pine. Dari segi
keberhasilan fungsi manajemen menggerakkan humas, persyaratan tenaga humas
banyak dibantu oleh pengetahuan dan skill di ketiga bidang: teknis, manusia,
dan konseptual (George Terry). Pakar humas Frank Jefkins mengemukakan bahwa
jenis pekerjaan yang dapat ditangani oleh manajer humas tidaklah seragam antara
organisasi satu dengan lainnya. Maka tugas manajer humas banyak ragamnya baik
di bidang internal maupun eksternal sebagaimana dikemukakan sejumlah kurang
lebih 21 ragam kegiatan manajer humas.
e. Struktur dan Ciri Media Komunikasi Yang Dipergunakan Humas
Media komunikasi yang penting digunakan humas
adalah dalam kemitraannya dengan media pers (cetak atau elektronik). Dengan
demikian struktur dan ciri-ciri pers harus dikuasai oleh para praktisi humas.
Perlu pula dipahami bahwa media cetak yang terdiri dari harian/penerbitan pagi
dan sore masing-masing mempunyai ciri-cirinya tersendiri seperti waktu
penerbitan, cara kerjasamanya dengan redaksi. Oleh karena itu penting dipahami
pula sejumlah pedoman siaran pers (F.P. Seitel), dan prinsip hubungan pers yang
baik (Frank Jefkins).
Ciri-ciri media pers lainnya adalah siaran
berita (news release) pada media cetak maupun elektronik, kelayakan berita,
artikel, foto, yang kesemuanya harus sesuai dengan persyaratan redaksional dan
beritanya sampai siap cetaknya. Oleh karena itu pula baik praktisi humas maupun
wartawan perlu menghayati dan saling menghormati kode etik pers dan etika profesi
masing-masing bahkan peraturan hukum pers.
Di samping siaran pers bentuk dan ciri-ciri
lain adalah tiga kegiatan acara temu pers yang diselenggarakan sebagai
kelengkapan informasi untuk siaran berita humas. Kadang-kadang dilengkapi pula
dengan pelayanan buku petunjuk mengenai features, daftar majalah mingguan
daerah, daftar perusahaan. Ada pula tiga bentuk sponsor melalui media
elektronik (isu olahraga, pendidikan, pendukung iklan/pemasaran). Di samping
itu ciri umumnya melalui berkala intern. Media film dokumenter merupakan bentuk
dan ciri media humas yang penting. Tidak kurang pentingnya juga ciri media
komunikasi tatap muka langsung dengan publik, kadang-kadang dengan alat
bantunya berupa pertunjukkan kesenian rakyat, ceramah, dan beraneka ragam pameran.
f. Teknik dan Cara Pemilihan Media Komunikasi Yang Sesuai Dengan
Lingkungan Humas
Teknik dan cara pemilihan media komunikasi
humas adalah yang sesuai dengan publiknya. Kapan publik dicapai, biayanya dan
tergantung pula pada empat faktor; cara pendekatan keterampilan petugas humas,
anggaran dan kebijaksanaannya.
Tahap pertama, pemilihan media berita adalah
persiapan dan penyiaran berita pada media cetak dan elektronik. Bagi kelompok
publik kecil dalam suatu organisasi dipilih media komunikasi (jurnal) internal
yang berjenis-jenis secara teratur dengan beberapa variasi. Perlu
diperhitungkan di sini cakupan pembaca, kuantitas, frekuensi, kebijakan,
judulnya, dan proses percetakannya, gaya dan format, langgangan, iklan, serta
distribusinya.
Komunikasi tatap muka kadang-kadang dipilih
dalam komunikasi ke atas dengan pimpinan manajer dan komunikasi sejajar antara
karyawan. Media dan teknik humas hendaknya dibedakan antara media untuk
periklanan dan untuk humas. Oleh karena itu Frank Jefkins mengemukakan daftar
pilihan media utama bagi kegiatan humas yang meliputi tiga belas jenis dengan
bentuk dan cirinya masing-masing.
2.2 KOMUNIKASI DAN JURNALISTIK
1. Pengertian
Jurnalistik
Definisi
jurnalistik sangat banyak. Namun pada hakekatnya sama, para tokoh komuniikasi
atau tokoh jurnalistik mendefinisikan berbeda-beda. Jurnalistik secara harfiah,
jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan.
Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour”
dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day) atau “catatan harian” (diary).
Dalam bahasa Belanda journalistic artinya penyiaran catatan harian.
Istilah
jurnalistik erat kaitannya dengan istilah pers dan komunikasi massa.
Jurnalistik adalah seperangkat atau suatu alat madia massa. Pengertian
jurnalistik dari berbagai literature dapat dikaji definisi jurnalistik yang
jumlahnya begitu banyak. Namun jurnalistik mempunyai fungsi sebagai pengelolaan
laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai
penyebarannya kepada masyarakat mengenai apa saja yang terjadi di dunia. Apapun
yang terjadi baik peristiwa factual (fact) atau pendapat seseorang (opini),
untuk menjadi sebuah berita kepada khalayak.
Jurnalistik adalah suatu kegiatan yang
berhubungan dengan pencatatan atau pelaopran setiap hari. Jadi jurnalistik
bukan pers, bukan media massa. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai
kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau
berkala lainnya.
Roland E. Wolseley dalam Understanding
Magazines (1969:3), jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran,
pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum
secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar,
majalah, dan disiarkan di stasiun siaran.
Menurut A.Muis dan Edwin Emery yaitu;
A.Muis (pakar hukum komunikasi) mengatakan bahwa definisi tentang jurnalistik
cukup banyak. Namun dari definisi-definisi tersebut memiliki kesamaan secara
umum. Semua definisi juranlistik memasukan unsur media massa, penulisan berita,
dan waktu yang tertentu (aktualitas). Menurut Edwin Emery juga sama mengatakan
dalam jurnalistik selalu harus ada unsur kesegaran waktu (timeliness atau
aktualitas). Dan Emery menambahkan bahwa seorang jurnalis memiliki dua fungsi
utama. Pertama, fungsi jurnalis adalah melaporkan berita. Kedua, membuat
interpretasi dan memberikan pendapat yang didasarkan pada beritanya.
Menurut Ensiklopedi Indonesia,
jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang
kejadian dan atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk
penerangan, penafsiran dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan
sarana-sarana penerbitan yang ada.
Sumadiria juga menambahkan bahwa
jurnalistik dalam Leksikon Komunikasi dirumuskan, jurnalistik adalah pekerjaan
mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita dan karangan utuk
surat kabar, majalah, dan media massa lainnya seperti radio dan televisi.
2. Ruang Lingkup Jurnalistik
Ruang lingkup jurnalistik sama saja
dengan ruang lingkup pers. Dalam garis besar jurnalistik Palapah dan Syamsudin
dalam diktat membagi ruang lingkup jurnalistik ke dalam dua bagian, yaitu :
news dan views (Diktat “Dasar-dasar Jurnalistik”).
News
dapat dibagi menjadi menjadi dua bagian besar, yaitu :
1. Stainght news, yang terdiri dari :
a. Matter of fact news
b. Interpretative report
c. Reportage
2. Feature news, yang terdiri dari :
a. Human interest features
b. Historical features
c. Biographical and persomality features
d. Travel features
e. Scientifict features
Views dapat dibagi kedalam beberapa bagian yaitu :
1. Editorial
2. Special article
3. Colomum
4. Feature article
3. Sejarah Jurnalistik
1. Stainght news, yang terdiri dari :
a. Matter of fact news
b. Interpretative report
c. Reportage
2. Feature news, yang terdiri dari :
a. Human interest features
b. Historical features
c. Biographical and persomality features
d. Travel features
e. Scientifict features
Views dapat dibagi kedalam beberapa bagian yaitu :
1. Editorial
2. Special article
3. Colomum
4. Feature article
3. Sejarah Jurnalistik
Pada mulanya jurnalistik hanya mengelola
hal-hal yang sifatnya informatif saja. Itu terbukti pada Acta Diurna sebagai
produk jurnalistik pertama pada zaman Romawi Kuno, ketika kaisar Julius Caesar
berkuasa.
Sekilas tentang pengertian dan
perkembangan jurnalistik, Assegaff sedikit menceritakan sedikit sejarah. Bahwa
jurnalistik berasal dari kata Acta Diurna, yang terbit di zaman Romawi, dimana
berita-berita dan pengumuman ditempelkanatau dipasang di pusat kota yang di
kala itu disebut Forum Romanum. Namun asal kata jurnalistik adalah “Journal” atau
“Du jour” yang berarti hari, di mana segala berita atau warta sehari itu
termuat dalam lembaran tercetak. Karena kemajuan teknologi dan
ditemukannyapencetakan surat kabar dengan system silinder (rotasi), maka
istilah “pers muncul”, sehingga orang lalu mensenadakan istilah “jurnalistik”
dengan “pers”.
Baik hikayat Nabi Nuh menurut keterangan
Flavius Josephus maupun munculnya acta diurna belum merupakan suatu penyiaran
atau penerbitan sebagai harian, akan tetapi jelas terlihat merupakan gejala
awal perkembangan jurnalistik. Dari kejadian tersenut dapat kita ketahui adanya
suatu kegiatanyang mempunyai prinsip-prinsip komunikasi massa pada umumnya dan
kejuruan jurnalistik pada khususnya. Karena itu tidak heran kalau Nabi Nuh
dikenal sebagai wartawan pertama di dunia. Demikian pula acta diurna sebagai
cikal bakal lahirnya surat kabar harian.
Seiring kemajuan teknologi informasi
maka yang bermula dari laporan harian maka tercetak manjadi surat kabar harian.
Dari media cetak berkembang ke media elektronik, dari kemajuan elektronik
terciptalah media informasi berupa radio. Tidak cukup dengan radio yang hanya
berupa suara muncul pula terobosan baru berupa media audio visual yaitu TV
(televisi).
Media informasi tidak puas hanya dengan
televisi, lahirlah berupa internet, sebagai jaringan yang bebas dan tidak
terbatas. Dan sekarang dengan perkembangan teknologi telah melahirkan banyak
media (multimedia).
Di Indonesia,
istilah ini dulu dikenal dengan publisistik. Dua istilah ini tadinya biasa
dipertukarkan, hanya berbeda asalnya. Beberapa kampus di Indonesia sempat
menggunakannya karena berkiblat kepada Eropa. Seiring waktu, istilah
jurnalistik muncul dari Amerika Serikat dan menggantikan publisistik dengan
jurnalistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas Ilmu Komunikasi.
Jurnalisme
dapat dikatakan “coretan pertama dalam sejarah”. Meskipun berita seringkali
ditulis dalam batas waktu terakhir, tetapi biasanya disunting sebelum
diterbitkan.
Jurnalis
seringkali berinteraksi dengan sumber yang kadangkala melibatkan konfidensialitas.
Banyak pemerintahan Barat menjamin kebebasan dalam pers.
Aktivitas utama
dalam jurnalisme adalah pelaporan kejadian dengan menyatakan siapa, apa, kapan,
di mana, mengapa dan bagaimana (dalam bahasa Inggris dikenal dengan 5W+1H) dan
juga menjelaskan kepentingan dan akibat dari kejadian atau trend. Jurnalisme
meliputi beberapa media: koran, televisi, radio, majalah dan internet sebagai
pendatang baru.
Pada awalnya,
komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasiJohannes Gutenberg.
dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media
massa terpicu penemuan mesin cetak.
Kegiatan
jurnalisme diatur dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 yang
dikeluarkan Dewan Pers dan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang
dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI. (Source:
Wikipedia.org).
2.3
KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN
Komunikasi adalah kemampuan mengirimkan pesan dengan jelas,
manusiawi, efisien dan menerima pesan secara akurat (D.B. Curtis, 1992).
Menurut J.A Devito komunikasi merupakan suatu tindakan oleh satu orang atau
lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan terjadi
dalam satu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan
untuk melakukan umpan balik (J.A. Devito, 1997). Sedangkan menurut Wibowo
komunkasi merupakan aktifitas menyampaikan apa yang ada dipikiran, konsep yang
kita miliki dan keinginan yang ingin kita sampaikan pada orang lain. Atau
sebagai seni mempengaruhi orang lain untuk memperoleh apa yang kita inginkan.
(B.S.Wibowo, 2002).
Sudah diketahui banyak orang bahwa komunikasi ada di mana-mana: di rumah, di kampus, di kantor dan di masjid; bahkan ia sanggup menyentuh segala aspek kehidupan kita (Jalaluddin Rakhmat, 1985). Artinya, hampir seluruh kegiatan manusia, di mana pun adanya, selalu tersentuh oleh komunikasi. Pada bidang kajian seperti manajemen, administrasi, hukum, matematika dan biologi, kamunikasi selalu menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pengembangannya.
Sudah diketahui banyak orang bahwa komunikasi ada di mana-mana: di rumah, di kampus, di kantor dan di masjid; bahkan ia sanggup menyentuh segala aspek kehidupan kita (Jalaluddin Rakhmat, 1985). Artinya, hampir seluruh kegiatan manusia, di mana pun adanya, selalu tersentuh oleh komunikasi. Pada bidang kajian seperti manajemen, administrasi, hukum, matematika dan biologi, kamunikasi selalu menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pengembangannya.
Administrasi tidak bisa hidup tanpa komunikasi. Bidang
pendidikan, misalnya, tidak bisa berjalan tanpa dukungan komunikasi, bahkan
pendidikan hanya bisa berjalan melalui komunikasi (Jourdan, 1984:74) atau,
dengan kata lain tidak ada perilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh
komunikasi. Bagaimana mungkin mendidik manusia tanpa berkomunikasi, mengajar
orang tanpa berkomunikasi, atau memberi kuliah tanpa bicara. Semuanya
membutuhkan komunikasi, komunikasi yang sesuai dengan bidang daerah yang
disentuhnya.
Komunikasi administrasi tentu berbeda dengan komunikasi pertanian. Yang pertama lebih menitikberatkan kepada masalah-masalah yang berhubungan dengan upaya kerjasama antar sekelompok manusia pada organisasi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan yang kedua lebih bermakna komunikasi yang merambah bidang pertanian termasuk segala aspek yang berkaitan dengannya. Penyuluhan pertanian adalah bidang garapan komunikasi khusus pada masalah-masalah pertanian, dan jabatan yang menangani masalah ini adalah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Komunikasi “sambungrasa”–nya Harmoko, misalnya, bermanfaat dalam upaya memasyarakatkan pengertian bersama yang sanggup menyentuh perasaan setiap orang, setiap anggota masyarakat dalam menuju cita-cita nasional sehingga tercapai masyarakat yang mengerti, memahami, serasi, selaras, dan seimbang, baik lahir maupun batin, dalam suatu tatanan sosial yang ber-Pancasila.
Itu sekedar sederhana dari komuniksasi yang banyak kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi dalam hal ini lebih dititikberatkan pada fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan, dan bukannya dalam pengertian yang lebih luas dan kompleks yang meliputi segala aspek kehidupan manusia.
Sudah disepakati juga bahwa fungsi umum komunikasi ialah informatif, edukatif, persuasif, dan rekreatif (entertainment) (Effendy, 1981:26). Maksudnya secara singkat ialah komunikasi berfungsi memberi keterangan, memberi data atau fakta yang berguna bagi segala aspek kehidupan manusia. Di samping itu, komunikasi juga berfungsi, mendidiki masyarakat, mendidik setiap orang dalam menuju pencapaian kedewasaan bermandiri. Seseorang bisa banyak tahu karena banyak mendengar, banyak membaca dan banyak berkomunikasi. Berikutnya adalah fungsi persuasif, maksudnya ialah bahwa komunikasi sanggup “membujuk” orang untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yang diinginkan oleh komunikator. Seorang anak kecil bisa berhenti menangis setelah dibujuk oleh ibunya (dengan komunikasi) bahwa anak yang suka menangis akan menjadi anak bodoh, misalnya. Sedangkan yang terakhir ialah fungsi hiburan. Ia dapat menghibur orang pada saat yang memungkinkan. Mendengarkan dongeng, membaca bacaan ringan, adalah contohnya.
Siapa pun orangnya, sama-sama mengakui pentingnya komunikasi dalam manajemen sebuah organisasi–baik kecil maupun besar. Pembicaraan kali ini dikaitkan dengan manajemen sekolah. Komunikasi yang dimaksud adalah penyampaian pesan atau informasi dari dua arah secara vertikal dan juga horisontal. Sayangnya, pentingnya komunikasi untuk membangun manajemen yang baik sering dilupakan dengan ungkapan yang agak sembrono: “Sudah sama tahunya!” Dengan keyakinan seperti itulah akhirnya komunikasi yang intensif dalam merencanakan, mengatur, menjalani dan mengevaluasi program-program di dalam organisasi tidak dibudayakan.
Mandeknya arus komunikasi antara berbagai komponen organisasi yang telah akut menyebabkan berbagai kemungkinan buruk terhadap kemajuan dari organisas itu sendiri. Fungsi dan peranan organisasi menjadi pudar dan hilang. Karena memang komunikasi efektif tidak dibangun secara bertahap, konflik dari berbagai kepentingan membuyarkan kebermaknaan organisasi tersebut. Mereka yang merasa memiliki power kemudian bisa bersikap menekan dan mengintimidasi komponen yang lemah. Dari sini pula makna kebersamaan dalam berorganisasi menjadi buyar dengan sendirinya. Demokrasi hanya sebagai slogan.
Komunikasi administrasi tentu berbeda dengan komunikasi pertanian. Yang pertama lebih menitikberatkan kepada masalah-masalah yang berhubungan dengan upaya kerjasama antar sekelompok manusia pada organisasi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan yang kedua lebih bermakna komunikasi yang merambah bidang pertanian termasuk segala aspek yang berkaitan dengannya. Penyuluhan pertanian adalah bidang garapan komunikasi khusus pada masalah-masalah pertanian, dan jabatan yang menangani masalah ini adalah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Komunikasi “sambungrasa”–nya Harmoko, misalnya, bermanfaat dalam upaya memasyarakatkan pengertian bersama yang sanggup menyentuh perasaan setiap orang, setiap anggota masyarakat dalam menuju cita-cita nasional sehingga tercapai masyarakat yang mengerti, memahami, serasi, selaras, dan seimbang, baik lahir maupun batin, dalam suatu tatanan sosial yang ber-Pancasila.
Itu sekedar sederhana dari komuniksasi yang banyak kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi dalam hal ini lebih dititikberatkan pada fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan, dan bukannya dalam pengertian yang lebih luas dan kompleks yang meliputi segala aspek kehidupan manusia.
Sudah disepakati juga bahwa fungsi umum komunikasi ialah informatif, edukatif, persuasif, dan rekreatif (entertainment) (Effendy, 1981:26). Maksudnya secara singkat ialah komunikasi berfungsi memberi keterangan, memberi data atau fakta yang berguna bagi segala aspek kehidupan manusia. Di samping itu, komunikasi juga berfungsi, mendidiki masyarakat, mendidik setiap orang dalam menuju pencapaian kedewasaan bermandiri. Seseorang bisa banyak tahu karena banyak mendengar, banyak membaca dan banyak berkomunikasi. Berikutnya adalah fungsi persuasif, maksudnya ialah bahwa komunikasi sanggup “membujuk” orang untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yang diinginkan oleh komunikator. Seorang anak kecil bisa berhenti menangis setelah dibujuk oleh ibunya (dengan komunikasi) bahwa anak yang suka menangis akan menjadi anak bodoh, misalnya. Sedangkan yang terakhir ialah fungsi hiburan. Ia dapat menghibur orang pada saat yang memungkinkan. Mendengarkan dongeng, membaca bacaan ringan, adalah contohnya.
Siapa pun orangnya, sama-sama mengakui pentingnya komunikasi dalam manajemen sebuah organisasi–baik kecil maupun besar. Pembicaraan kali ini dikaitkan dengan manajemen sekolah. Komunikasi yang dimaksud adalah penyampaian pesan atau informasi dari dua arah secara vertikal dan juga horisontal. Sayangnya, pentingnya komunikasi untuk membangun manajemen yang baik sering dilupakan dengan ungkapan yang agak sembrono: “Sudah sama tahunya!” Dengan keyakinan seperti itulah akhirnya komunikasi yang intensif dalam merencanakan, mengatur, menjalani dan mengevaluasi program-program di dalam organisasi tidak dibudayakan.
Mandeknya arus komunikasi antara berbagai komponen organisasi yang telah akut menyebabkan berbagai kemungkinan buruk terhadap kemajuan dari organisas itu sendiri. Fungsi dan peranan organisasi menjadi pudar dan hilang. Karena memang komunikasi efektif tidak dibangun secara bertahap, konflik dari berbagai kepentingan membuyarkan kebermaknaan organisasi tersebut. Mereka yang merasa memiliki power kemudian bisa bersikap menekan dan mengintimidasi komponen yang lemah. Dari sini pula makna kebersamaan dalam berorganisasi menjadi buyar dengan sendirinya. Demokrasi hanya sebagai slogan.
Kalau kita membicarakan
Komunikasi Pendidikan maka kita harus memperhatikan fungsi komunikasi yang
dikemukakan oleh Harol D. Lasswell adalah sebagai berikut :
The surveillance of the
environment, fungsi komunikasi adalah untuk mengumpulkan dan menyebarkan
informasi mengenai kejadian dalam suatu lingkungan (kalau dalam media massa hal
ini sebagai penggarapan berita).
The correlation of
correlation of the parts of society in responding to the environment, dalam hal
ini fungsi komunikasi mencakup interpretasi terhadap informasi mengenai
lingkungan (disini dapat diidentifikasi sebagai tajuk rencana atau propaganda).
The transmission of the
social heritage from one generation to the next, dalam hal ini transmission of
culture difocuskan kepada kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai,
dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain.
Dalam fungsi komunikasi yang pertama the surveillance of the environment dan kedua the correlation of correlation of the parts of society in responding to the environment, tidaklah lain ditujukan agar masyarakat mengetahui, memahami suatu masalah dan mau melaksanakan atau mengikuti masalah tersebut. Dengan demikian kegiatan tersebut termasuk juga tujuan dan fungsi komunikasi pendidikan secara umum untuk masyarakat.
Dalam fungsi komunikasi yang pertama the surveillance of the environment dan kedua the correlation of correlation of the parts of society in responding to the environment, tidaklah lain ditujukan agar masyarakat mengetahui, memahami suatu masalah dan mau melaksanakan atau mengikuti masalah tersebut. Dengan demikian kegiatan tersebut termasuk juga tujuan dan fungsi komunikasi pendidikan secara umum untuk masyarakat.
Selanjutnya
dalam fungsi komunikasi yang ketiga the transmission of the social heritage
from one generation to the next, merupakan kegiatan komunikasi pendidikan dalam
baik secara umum maupun secara khusus. Maksudnya bahwa transmission of culture
atau kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari
suatu generasi ke generasi lain jika dilakukan secara umum melalui ceramah
umum, penerangan, atau dalam bentuk hiburan yang mendidik (baik melalui media
massa maupun tidak) merupakan komunikasi pendidikan secara umum.
Sedangkan jika transmission of culture atau kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain dilakukan melalui secara klasikal di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, pondok pesantren, padepokan seni, atau tempat kursus-kursus merupakan komunikasi pendidikan secara khusus. Termasuk dalam hal ini adalah kegiatan dalam keluarga, kegaitan orang tua mengajarkan nilai-nilai, sopan santun, dan kebiasaan-kebiasaan pada anak-anaknya.
Sedangkan jika transmission of culture atau kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain dilakukan melalui secara klasikal di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, pondok pesantren, padepokan seni, atau tempat kursus-kursus merupakan komunikasi pendidikan secara khusus. Termasuk dalam hal ini adalah kegiatan dalam keluarga, kegaitan orang tua mengajarkan nilai-nilai, sopan santun, dan kebiasaan-kebiasaan pada anak-anaknya.
Menurut Onong
Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan :
“Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa
dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni
pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan...”.
Pendapat Onong Uchjana Effendi tersebut menekankan pendidikan itu berlangsung secara berencana di dalam kelas secara tatap muka dan mengabaikan kegiatan pendidikan secara umum pada masyarakat dan pendidikan secara khusus dalam keluarga. Hal ini dapat dilaihat pada pendapat berikutnya bahwa perbedaan antara komunikasi dan pendidikan terletak pada tujuan atau efek yang diharapkan. Ditinjau dari efek yang diharapkan itu, tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan pendidikan sifatnya khas atau khusus, yakni meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal sehingga ia menguasainya.
Pendapat Onong Uchjana Effendi tersebut menekankan pendidikan itu berlangsung secara berencana di dalam kelas secara tatap muka dan mengabaikan kegiatan pendidikan secara umum pada masyarakat dan pendidikan secara khusus dalam keluarga. Hal ini dapat dilaihat pada pendapat berikutnya bahwa perbedaan antara komunikasi dan pendidikan terletak pada tujuan atau efek yang diharapkan. Ditinjau dari efek yang diharapkan itu, tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan pendidikan sifatnya khas atau khusus, yakni meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal sehingga ia menguasainya.
Tujuan
Pendidikan akan tercapai jika secara minimal prosesnya komunikatif. Bagaimana
caranya agar proses penyampaian suatu materi mata ajar oleh Pengajar/Guru/Dosen
(sebagai komunikator) kepada para Pelajar/Murid/Siswa/Mahasiswa (sebagai
komunikan) harus terjadi secara tatap muka (face to face) dan secara timbal
balik dua arah (two way communication). Pengajar menyajikan materi pelajarannya
sebaiknya bukan hanya dengan metoda ceramah saja sebaiknya juga dengan metoda
diskusi.
Disamping itu
pengajar berusaha memberikan kesempatan untuk ditanya atau disanggah
pendapatnya sedangkan pelajar harus bersikap responsif, mengetengahkan pendapat
atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Situasi tersebut
dimaksudkan untuk usaha membangkitkan daya penalaran di kalangan pelajar. Jika
penalaran para pelajar sangat bagus maka kepribadian pelajar itu akan lebih
dewasa atau mencapai kematangan personality-nya. Orang yang matang
kepribadiannya menurut David C. Mc Clelland, seorang ahli psikologi di Harvard
University, disebut mempunyai virus mental atau “n Ach”, singkatan dari need
for Achievement, artinya kebutuhan untuk memperoleh prestasi lebih gemilang,
lebih baik, lebih cepat dan lebih efisien daripada yang telah dilakukan
sebelumnya. Selanjutnya tujuan akhir dari komunikasi tersebut adalah untuk
mencapai keberhasilan pendidikan itu sendiri.
Metoda
pengajaran dengan cara komunikasi dua arah dan dengan cara diskusi akan
menumbuhkan penalaran pelajar terhadap materi pelajaran. Dalam hal ini, pelajar
selama menerima komunikasi materi pelajaran dalam diri pelajar akan terjadi
proses komunikasi intra personal (intrapersonnal communication) dan juga proses
komunikasi interpersonal (interpersonnalcommunication).
Dalam proses komunikasi intrapersonal maupun komunikasi interpersonal melalui tahap-tahap berikut:
§ persepsi, adalah kesan yang diterima melalui alat indera mengenai materi pelajaran maupun kesan terhadap guru yang menyampaikannya. Kesan ini pada setiap pelajar akan berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan.
apersepsi, adalah tanggapan§ terhadap kesan yang diterima alat, biasanya kesan dibandingkan dengan kesan-kesan sebelumnya atau dengan pengalaman sebelumnya.
ideasi,§ adalah mengadakan konsepsi terhadap kesan yang diterimanya. Setelah kesan diterima dan disimpulkan/ditanggapi maka mengadakan seleksi dari sekian banyak pengetahuan dan pengalamannya yang pernah diperolehnya, mengadakan penataan mana yang relevan dengan kebutuhan dan keinginannya.
§ transmisi, apabila kesan yang diterimanya masih meragukan maka pelajar akan mempertanyakan pada pengajarnya. Dalam suatu diskusi apabila hasil konsepsinya sudah mantap maka ia juga akan mantap mengungkapkan pada teman diskusinya.
konklusi, mendekati proses akhir belajar maka§ pelajar menyimpulkan keseluruhan materi pelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan dan juga daya tangkapnya.
memori, proses akhir dari§ kegiatan belajar adalah menyimpannya dalam ingatan/memori (storage in memory). Hal ini selain tergantung pada daya ingatannya juga tergantung dalam penyimakan materinya. Kalau dalam menyimak materi palejaran sering tidak sadar (unconcius), sambil melamun, maka hanya masuk pada short term memory (memori jangka pendek) dan masuk ke bawah alam sadar. Sedangkan kalau menyimak materi pelajaran secara sungguh-sungguh dengan penuh konsentrasi dengan sadar (concius) maka selain masuk pada short term memory juga akan masuk dalam memori jangka panjang (long term memory).
Dalam proses komunikasi intrapersonal maupun komunikasi interpersonal melalui tahap-tahap berikut:
§ persepsi, adalah kesan yang diterima melalui alat indera mengenai materi pelajaran maupun kesan terhadap guru yang menyampaikannya. Kesan ini pada setiap pelajar akan berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan.
apersepsi, adalah tanggapan§ terhadap kesan yang diterima alat, biasanya kesan dibandingkan dengan kesan-kesan sebelumnya atau dengan pengalaman sebelumnya.
ideasi,§ adalah mengadakan konsepsi terhadap kesan yang diterimanya. Setelah kesan diterima dan disimpulkan/ditanggapi maka mengadakan seleksi dari sekian banyak pengetahuan dan pengalamannya yang pernah diperolehnya, mengadakan penataan mana yang relevan dengan kebutuhan dan keinginannya.
§ transmisi, apabila kesan yang diterimanya masih meragukan maka pelajar akan mempertanyakan pada pengajarnya. Dalam suatu diskusi apabila hasil konsepsinya sudah mantap maka ia juga akan mantap mengungkapkan pada teman diskusinya.
konklusi, mendekati proses akhir belajar maka§ pelajar menyimpulkan keseluruhan materi pelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan dan juga daya tangkapnya.
memori, proses akhir dari§ kegiatan belajar adalah menyimpannya dalam ingatan/memori (storage in memory). Hal ini selain tergantung pada daya ingatannya juga tergantung dalam penyimakan materinya. Kalau dalam menyimak materi palejaran sering tidak sadar (unconcius), sambil melamun, maka hanya masuk pada short term memory (memori jangka pendek) dan masuk ke bawah alam sadar. Sedangkan kalau menyimak materi pelajaran secara sungguh-sungguh dengan penuh konsentrasi dengan sadar (concius) maka selain masuk pada short term memory juga akan masuk dalam memori jangka panjang (long term memory).
Dengan demikian,
apabila dalam proses belajar mengajar pada pendidikan dilakukan dengan komunikasi
dua arah dan metoda diskusi maka proses komunikasi pendidikan tersebut akan
berhasil menumbuhkan penalaran para pelajarnya.
Penalaran (reasoning) manurut kamus The Random House Dictionary berarti : “... the mental powers concerned with forming conclusions, judgements or inferences (kekuatan mental yang berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan penilaian)”. Kadar kekuatan penalaran (daya nalar) pada setiap orang (pelajar) berbeda-beda, ditentukan oleh individual power of reason (daya nalar individual) yang merupakan dasar yang paling menentukan dari kemampuan berpikir analitis dan sintesis.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas kita dapat menyimak pendapat filsuf Romawi Marcus Tulius Cicero (106-43 SM) yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan bahwa : “wise men instructed by reason; men of less understanding by experience; the most ignorant by necessity; and beasts by nature. (Orang bijaksana diperintah oleh penalaran; yang kurang pengetahuan oleh pengalaman; orang yang paling dungu oleh kebutuhan; dan hewan oleh alam”).
Penalaran (reasoning) manurut kamus The Random House Dictionary berarti : “... the mental powers concerned with forming conclusions, judgements or inferences (kekuatan mental yang berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan penilaian)”. Kadar kekuatan penalaran (daya nalar) pada setiap orang (pelajar) berbeda-beda, ditentukan oleh individual power of reason (daya nalar individual) yang merupakan dasar yang paling menentukan dari kemampuan berpikir analitis dan sintesis.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas kita dapat menyimak pendapat filsuf Romawi Marcus Tulius Cicero (106-43 SM) yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan bahwa : “wise men instructed by reason; men of less understanding by experience; the most ignorant by necessity; and beasts by nature. (Orang bijaksana diperintah oleh penalaran; yang kurang pengetahuan oleh pengalaman; orang yang paling dungu oleh kebutuhan; dan hewan oleh alam”).
Selanjutnya
sastrawan Inggris William Shakespeare yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong
Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan bahwa
: “Reason is our intelectual eye, and like the bodily eye it needs light to
see, and to see clearly and far it needs the light of heaven. Strong reasons
make strong actions. (Penalaran adalah mata intelektual kita, dan seperti
halnya dengan mata jasmaniah, untuk dapat melihat, maka intelektual tersebut
memerlukan cahaya, lalu untuk dapat melihat jelas dan jauh, ia memerlukan
cahaya Allah. Penalaran yang kuat menimbulkan kegiatan yang hebat)”.
Pemerintah RI mencanangkan pentingnya pendidikan, tidak
hanya pendidikan formal di sekolah-sekolah, tetapi juga pendidikan tak formal
dalam keluarga. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan perlu dilakukan secara
holistik yang meliputi tiga dimensi pendidikan, yakni :
a.
Pendidikan praliterer
b.
Pendidikan literer
c.
Pendidikan pascaliterer
Pendidikan praliterer adalah pendidikan yang berlangsung
secara tatap muka timbal-balik dalam kehidupan keluarga. Oleh karena itu,
sifatnya tidak formal. Pendidikan jenis inilah yang pertama-tama berperan mencerdaskan
bangsa disuatu negara sebelum pengetahuan tentang tulisan ditemukan.
Di Indonesia pendidikan literer diperkirakan mulai abad
pertama masehi dengan merembesnya kebudayaan baca tulis dari India, sedangkan
pendidikan pascaliterer dimulai sesudah perang dunia II.
Betapa pentingnya pendidikan dalam keluarga di Indonesia
telah dibuktikan secara efektif dan heroik oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki
Hadjar Dewantara. Ketika pada tahun 1932 pemerintah kolonial Hindia Belanda
mengeluarkan Wilde Scholen Ordonnontie, suatu undang- undang yang mengatur apa
yang dinamakan “sekolah liar”, yakni sekolah yang dikelola dan diasuh oleh para
guru bangsa Indonesia yang tidak sudi bekerja di sekolah-sekolah Gubernemen,
tampillah Ki Hadjar Dewantara bersama barisan guru partikuler dengan semboyan :
“Tiap-tiap
rumah jadi perguruan ;
Tiap-tiap orang jadi pengajar ;
Dengan atau tanpa ordonansi.”
Tiap-tiap orang jadi pengajar ;
Dengan atau tanpa ordonansi.”
Faktor yang menyebabkan fungsi pendidikan dalam keluarga
tetap penting, dalam dimensi pascaliterasi sekalipun dijelaskan oleh Marshall
Meluhan, kali ini dalam karyanya yang lain lagi, yakni The New Education,
sebagai berikut:
“ Cara seorang anak mempelajari bahasa ibunya adalah dengan
menggunakan seluruh gerak, seluruh intonasi, dan seluruh bunyi sebagai suatu
pengalaman baru. Baginya ini bukan merupakan suatu segi pengalaman, melainkan
suatu totalitas, suatu alat baginya untuk menyelidiki dunia,… ini berarti bahwa
ia menggunakan seluruh indera seketika dengan melibatkan keseluruh dirinya
kepada situasi sebagaimana cara belajar”.
2.4 KOMUNIKASI
DAN ORGANISASI
Metode komunikasi organisasi
adalah korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi yang terfokus pada
manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi yang berfokus
pada teknik, media, proses dan faktor-faktor yang menjadi penghambat proses
komunikasi organisasi.
Menurut Pace & Feules, ada dua perspektif utama yang
akan mempengaruhi bagaimana komunikasi organisasi didefinisikan, yaitu:
- Perspektif objektif
Perspektif objektif menekankan definisi komunikasi organisasi
sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Fokusnya adalah penanganan
pesan, yakni menerima, menafsirkan, dan bertindak berdasarkan informasi dalam
suatu peristiwa komunikasi organisasi.
- Perspektif subjektif
Perspektif subjektif mendefinisikan komunikasi organisasi
sebagai proses penciptaan makna atas interaksi diantara unit-unit organisasi
yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Fokusnya adalah
bagaimana individu anggota organisasi bertransaksi dan kemudian memberi makna
terhadap peristiwa komunikasi yang terjadi.
Dengan demikian, definisi komunikasi organisasi dilihat dari
perspektif objektif maupun perspektif subjektif adalah sebagai proses
penciptaan dan penafsiran informasi diantara unit-unit komunikasi sebagai
bagian dari suatu organisasi secara keseluruhan.
Komunikasi organisasi dilakukan
dengan tiga pendekatan, yaitu:
- Pendekatan Makro
Dalam pendekatan makro organisasi dipandang sebagai suatu
struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi,
organisasi melakukan aktivitas tertentu seperti :
a.
Memproses informasi dan lingkungan
b.
Mengadakan identifikasi
c.
Melakukan intergrasi dengan organisasi lain
d.
Menentukan tujuan organisasi
- Pendekatan Mikro
Pendekatan ini terutama menfokuskan kepada komunikasi dalam
unit dan sub-unit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada
tingkat ini adalah komunikasi antara anggota kelompok seperti :
a.
Komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan
b.
Komunikasi untuk melibatkan anggota kelompok dalam tugas kelompok
c.
Komunikasi untuk menjaga iklim organisasi
d.
Komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan
e.
Komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan kerja dalam organisasi.
- Pendekatan individual
Berpusat pada tingkahlaku komunikasi individual dalam
organisasi. Semua tugas-tugas yang telah diuraikan pada dua pendekatan
sebelumnya diselesaikan oleh komunikasi individual. Ada beberapa bentuk
komunikasi individual :
a.
Berbicara pada kelompok kerja
b.
Menghadiri dan berinteraksi dalam rapat-rapat
c. Menulis
dan mengonsep surat
d.
Berdebat untuk suatu usulan
Peranan dalam jaringan kerja
komunikasi
- Anggota klik/group
Individu-individu yang keadaan sekelilingnya memungkinkan
kontak antar individu yang satu sama lain saling menyukai dan merasa puas
dengan kontak tersebut, bahkan dengan cara tidak langsung.
- Penyendiri
Individu-individu yang hanya melakukan sedikit atau sama
sekali tidak mengadakan kontak dengan anggota kelompok yang lain.
- Jembatan
Berlaku sebagai penghubung langsung antara dua kelompok
dalam organisasi dan jembatan juga rentan terhadap semua kondisi yang
menyebabkan kehilangan, kerusakan dan penyimpangan informasi.
- Penghubung
Orang yang menghubungkan dua klik atau lebih, tetapi bukan
anggota salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut. Penghubung memegang
peranan penting bagi berfungsinya organisasi secara efektif yang dapat
melancarkan maupun menghambat aliran informasi.
- Penjaga gawang/Gate keeper
Orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar
dapat melakukan pengendalian atas pesan yang disebarkan melalui sistem
tersebut.
- Pemimpin pendapat
Orang tanpa jabatan formal dalam semua sistem sosial, yang
membimbing pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka yang
sangat dipercaya oleh orang lain untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
- Kosmopolit
Menghubungkan anggota organisasi dengan orang-orang dan
peristiwa diluar batas-batas struktur organisasi. Anggota organisasi yang
banyak bepergian, aktif di asosiasi internasional maupun aktif membaca jurnal
terbitan regional, nasional dan internasional.
Aliran komunikasi
- Komunikasi ke bawah
Informasi mengalir dari jabatan yang tinggi ke jabatan yang
lebih rendah, yaitu:
ü Informasi tentang bagaimana
melakukan pekerjaan.
ü Informasi tentang dasar pemikiran
untuk melakukan pekerjaan.
ü Informasi tentang kebijakan dan
praktik organisasi.
ü Informasi tentang kinerja pegawai.
ü Informasi untuk mengembangkan rasa
memiliki tugas (sense of mission).
- Komunikasi ke atas
komunikasi yang mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke
tingkat yang lebih tinggi, biasanya berbentuk pertanyaan, feedback,
saran / usulan.
Pentingnya
komunikasi ke atas, yaitu:
ü Memberi informasi berharga untuk
pembuatan keputusan.
ü Memberitahu penyelia kapan bawahan
siap menerima informasi.
ü Mendorong keluh kesah muncul ke
permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka.
ü Menumbuhkan apresiasi dan loyalitas
kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan
pertanyaan dan menyumbang gagasan.
ü Mengizinkan penyelia untuk
menentukan apakah bawahannya memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi
ke bawah.
ü Membantu pegawai mengatasi masalah
pekerjaan mereka.
Enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan
Sylvia Moss :
Gaya komunikasi mengendalikan
a. Gaya
komunikasi mengendalikan (dalam bahasa Inggris: The Controlling Style)
ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan
mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau
one-way communications.
b. Pihak
- pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan
perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan.
Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan.
Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik,
kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan
pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan
pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan
kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
c. Pesan-pesan
yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan
agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain
apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering
dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara
efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi
yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga
menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
Gaya komunikasi dua arah
The
Equalitarian Style Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan
kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan
berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang
bersifat dua arah (two-way communication). Dalam gaya komunikasi ini,
tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi
dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai
dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota
organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang
yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang
yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan
yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup
hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi
dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja
sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin
berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu
organisasi.
The
Structuring Style
Gaya komunikasi
yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun
lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan
pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi
perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi
informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku
dalam organisasi tersebut
Menemukan dimensi dari kepemimpinan yang
efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure.
Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur
yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna
lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
The
Dynamic style
Gaya
komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada
tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering
dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga
(salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama
gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang
pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya
komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai
kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
The
Relinguishing Style
Gaya
komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun
pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol
orang lain.
Pesan-pesan
dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang
bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti
serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya.
The
Withdrawal Style
Akibat yang
muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya
tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi
dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi
yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam
deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin
dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba
melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu
keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu,
gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
Jadi yang dimaksud dengan Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005).
Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri
dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di
dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan
dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan
surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui
secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada
anggotanya secara individual.
Komunikasi
Organisasi juga dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan
di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu.
Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan
hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Proses Komunikasi Organisasi
Komunikasi
Internal
Pertukaran
gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam
struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan
vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan. Empat
Dimensi Komunikasi organisasi
Downward communication Yaitu
komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran
manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas
ke bawah ini adalah: a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job
instruction) b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu
untuk dilaksanakan (job retionnale) c) Penyampaian informasi mengenai
peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices) d) Pemberian
motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Ada 4 metode
dalam penyampaian informasi kepada para pegawai menurut Level (1972):
1. Metode tulisan 2. Metode
lisan 3. Metode tulisan diikuti lisan 4. Metode lisan diikuti tulisan
Upward communication Yaitu
komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada
atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: a) Penyampaian
informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan b)
Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang
tidak dapat diselesaikan oleh bawahan c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari
bawahan d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaannya.
Komunikasi ke
atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil
manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari
bawah. Sharma (1979) mengemukakan 4 alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat
amat sulit: 1. Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka
2. Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami
pegawai 3. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai
4. Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang
disampaikan pegawai
Horizontal communication Yaitu komunikasi
yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan
yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah: a) Memperbaiki
koordinasi tugas b) Upaya pemecahan masalah c) Saling berbagi informasi d)
Upaya pemecahan konflik e) Membina hubungan melalui kegiatan bersam
Interline communication Yaitu
tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional.
Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena
biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena
terdapat banyak komunikasi lintas-saluran yang dilakukan spesialis staf dan
orang-orang lainnya yang perlu berhubungan dalam rantai-rantai perintah lain,
diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas-saluran.
Ada dua kondisi
yang harus dipenuhi dalam menggunakan komunikasi lintas-saluran: 1. Setiap
pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin terlebih
dahulu dari atasannya langsung 2. Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi
lintas-saluran harus memberitahukan hasil komunikasinya kepada atasannya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi
(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya,
komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Pada awalnya,
komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal
kimiawi pada organisme
awal digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka
sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut
berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti
tarian kawin pada ikan.
Manusia
berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman.
Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan,
dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif,
komunikasi transaktif, komunikasi bertujuan, atau komunikasi tak bertujuan.
3.2 Saran
Kita sebagai
mahasiswa, hendaknya harus mengerti dan memahami bagaimana cara berkomunikasi
yang baik. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami
oleh pihak lain.Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang
disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
- Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, 1996.
- Ronald Adler dan George Rodman, Understanding Human Communication, 1997.
- Arni Muhammad , Komunikasi Organisasi -Bumi Aksara, 2007.
- R. Wayne Pace, Don F. Faules -Rosdakarya, 2001.
- Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication, 1994.
- Onong Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek-Rosdakarya, 1994.
- Teori-teori komunikasi|pusat penerbitan universitas terbuka.
- Sendjaja, S Djuarsa.1994, Teori Komunikasi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
- (Indonesia)[jihadi.staff.umm.ac.id/files/2010/01/2_komunikasi_organisasi.pdf]
0 Response to "MAKALAH KOMUNIKASI KESEHATAN"
Post a Comment